nge-natal-i

Sabtu, 26 Desember 2009


Manusia sebagai mahluk simbol, sepertinya sudah amat dimengerti oleh semesta atau yang biasa kita sebut sebagai Bapa, Allah, Tuhan. Untuk manusia, semua harus serba visual, kasat mata dan verbal. Maka lalu diciptakannya lah, atau bahasa alkitab nya 'diutus', seseorang bernama Yesus Kristus, dengan status sebagai putraNya yang kudus. Yesus, yang walaupun seorang manusia 'ting-ting', namun jiwa dan segala misterinya konon merupakan kembaran atau malah roh si Allah itu sendiri.

Kembali ke penyadaran bahwa manusia adalah mahluk simbol, maka Allah pun turun gunung, dan menjelma menjadi Yesus yang juga manusia. Karena ketika Allah itu tidak berwujud, hanya berupa segumpalan energi yang melayang entah, akan sulit dipahami dan diimani oleh manusia. Dan mulailah Yesus berkarya. Semua kata dan sabda mampu membius ribuan orang yang lalu menjadi pengikutNya. Segala mukjizat dan keajaiban yang DIa buat, mencengangkan banyak umat yang lalu berbondong-bondong mengikuti Nya. Yesus menjadi idola kawula muda, tua, wanita dan anak pada jaman itu. Mungkin sama seperti kita sekarang yang begitu bisa mengidolakan artis atau tokoh terkenal. Selalu ada dorongan ingin tahu tentang apa yang terjadi dengan idola kita. Dan kadang lebih dari itu, kita pun men-dewa-kan idola kita, yang sebenarnya manusia juga. Ini berbeda dengan Yesus. Waktu itu, dia membawa slogan, label, sebagai Putra Allah. Hal itu sangat kontekstual sekali, cucok dengan kebutuhan manusia di jaman itu. Kebutuhan akan sosok Sang Juru Selamat. Dan Yesus hadir dengan sangat sempurna Nya.

25 Desember -yang lalu diyakini sebagai hari lahir Yesus-, kiranya perlu dihayati dengan penuh kesederhanaan. Karena Yesus sendiri sebagai simbol, idola, mencontohkan dengan lahir dikandang domba, penuh keprihatinan namun berpengharapan. Hal itu bukannya karena tidak ada pilihan. Sepertinya semesta mempunyai banyak pilihan tentang alur cerita kelahiran PutraNya. Namun dengan bijaksananya, Beliau memilih untuk melahirkan putraNya di kandang, lewat rahim Bunda Maria, wanita luar biasa yang memang dipilih Allah bukan dengan lotere atau undian.

Sekarang tanggal 27, Natal sudah lewat. Kisah heroik Yesus masih manis tersimpan di setiap lembar Kitab Suci.
Pagi tadi senyum dan doa terselip dihatiku, Terimakasih Yesus karena dengan luar biasanya Engkau telah mau memilih dan menjalani jalanMu itu yang penuh dengan luka dan sengasara. Terimakasih karena dengan begitu, menjadi pengharapan bagi orang-orang yang sedang mengalami sengsara untuk selalu menengok kembali pada perjalananMu. Untuk akhirnya tertunduk, dan berkata, aku siap memilih ini dengan segala salib yang ada, seperti Yesus yang rela wafat di kayu salib, asalkan Kehendak Mu lah yang terjadi padaku.

Selamat Natal semua.
Damai di hati. Damai di bumi.

Pasukan Kecil Negeri Empati

Kamis, 10 Desember 2009


Sebenarnya aku benci mengeluh. Aku tidak suka berkeluhkesah. Namun hari ini aku sedang manja.
Aku mengeluh dan berkeluh, memandang muridku, 22 pasukan malaikat kecil yang selalu mewarnai setiap langkahku. Mendengar mereka berceloteh dan tertawa terbahak, duniaku mendadak bersemburatkan pelangi laksana setetes air di gurun pasir nan gersang. Menemani mereka belajar dan bermain, menjadi saksi akan proses luar biasa yang bisa dilakukan Jerome, Valen, Ama, Timmy, Puput, Kiyan, Anggi.

Menjadi mellow karena tak dinyana, sebentar lagi waktu membolehkan aku untuk bersama mereka. Aku cinta menjadi guru yang dicinta muridku. Bantuan mereka yang kasat mata, telah memapahku terus menjadi manusia kuat seperti superhero khayalan mereka.
Ini hari, kupandang satu persatu mereka. Menyempatkan waktu duduk bersama, kembali bercerita ngalor-ngidul dengan mereka. Seperti Nikolas yang bercerita tentang kakaknya yang barusan saja tertabrak. Dengan mata melotot dan ucapan yang celat, dia dengan gegap gempita bertutur :
" kakakku itu ketablak lho miss kemalen. dia kan naik motol, telus lampunya ijo, jalan telus..eh ada motol levo absolut kenceng banget, nablak kakakku. levo absolutnya ke bengkel abis selatus libu. soalnya motol levo nya itu nyetil sambil mesemesan (SMS, jadinya nablak deh.motolnya kakakku itu honda biasa"

Cerita Niko itu mau tidak mau membuatku tersenyum dan terbahak. Lalu langsung saja setelah itu mulut-mulut lainnya berebutan untuk bercerita. Ada Nanta yang selalu cerita tentang MbahKung nya yang mau ganti mobil Feroza nya dengan Avanza hitam. Devlin yang mau pergi ke Cirebon dengan naik mobil Kijang Jantan. Hahahaha.

Fuih! Its always hard to say goodbye.
When the times come, dunno yet what will happen. One thing that i really know for sure, I love them muchly. Much. Much.
Muach!

aku


senang.

terimakasih.

Sebelum Tidur

Sabtu, 28 November 2009


Ada orang yang menghabiskan waktunya dengan membicarakan kejelekan orang lain.
Ada yang mengisi hidupnya dengan menolong sesama tanpa pamrih.
Ada juga yang sibuk dengan membohongi hati nurani, teman dan keluarga.
Ada yang mengisi waktu dengan berlari kesana-kemari mencari tempat bersembunyi.
Ada yang sibuk dengan kesombongannya, aku tidak akan pernah terkalahkan.
Ada yang selalu malu-malu, duduk di sudut hati sambil tertunduk.
Beberapa meluangkan waktu untuk bernyanyi,
ada juga yang menangis.
Banyak juga yang tertawa sambil bertepuk tangan.
Memang hidup ini lucu bin ajaib.
Dapat diisi, dihabiskan, dengan berbagai cara.
Semua cara sah, asal tidak menyenggol orang lain.
Kalau sudah terlanjur kena, jangan lupa bilang maaf.
Nah, ada juga yang susah sekali meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
Namun, banyak pula yang sering mengobral maaf dimana-mana sampai ndower bibirnya.
Hidup yang pendek ini, cuma sekali. Entah jadi apa selanjutnya.
Aku
senang dengan kehidupan.
Bersyukur setiap detiknya.
Menghabiskan waktu dengan belajar dari kesalahan,
walaupun sesusah apapun itu.
Memilih menulis daripada nggambleh.
Aku senang belajar. Supaya bisa naik kelas.
Karena hidup hanya mampir ngombe.
Hanya mampir.
Hanya sebentar.
Dari ada menjadi tiada.
Dari tiada menjadi ada.

Jadi manusia.

Teliti Sebelum Bicara

Jumat, 27 November 2009


Di jaman Yunani kuno, Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanannya yang tinggi.
Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, “Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda?”
“Tunggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin anda melewati sebuah ujian kecil.
Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Kali.”
“Saringan tiga kali?” tanya pria tersebut. “Betul,” lanjut Socrates.
“Sebelum anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Kali.

Saringan yang pertama adalah KEBENARAN. Sudah pastikah anda bahwa apa yang anda akan katakan kepada saya adalah benar?” “Tidak,” kata pria tersebut,”sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada anda”. “Baiklah,” kata Socrates. ” Jadi anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.”

Sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu :KEBAIKAN Apakah yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?” “Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk”. “Jadi,” lanjut Socrates, “anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu benar.

Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya,yaitu: KEGUNAAN
Apakah apa yang anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?” “Tidak, sungguh tidak,” jawab pria tersebut. “Kalau begitu,” simpul Socrates,” jika apa yang anda ingin beritahukan kepada saya… tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya ?”

Sebuah panah yang telah melesat dari busurnya dan membunuh jiwa yang tak bersalah, dan kata- kata yang telah diucapkan yang menyakiti hati seseorang, keduanya tidak pernah bisa ditarik kembali.

Jadi sebelum berbicara, gunakanlah Saringan Tiga Kali.

http://klipingartikel.anastix.net/category/cerita-bijak

Jangan Larang 2012

Kamis, 26 November 2009


14.30 seat C 5,6,7,8 2010

Tadi jam setengah tiga, akhirnya aku nonton 2012. Senangnya hati bukan karena filmya, tapi kemenangan karena bisa menonton tanpa mengantri, berkat kartu ajaib Mtix milik adikku.
Setelah 3 jam memelototi layar bioskop, dengan suguhan visual effect canggih yang memanjakan mata, aku memutuskan untuk melarang pelarangan pemutaran film 2012.
Artinya, setelah melihat dengan mata kepala sendiri, aku kira tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari film tersebut. Malahan aku melihat banyak sisi positif yang dapat kita renungkan.

2012, tidak hanya melulu berisi tentang kehancuran, atau apa yang dinamakan kiamat. Ya, memang selama 3 jam, banyak tampilan bencana dahsyat dipertontonkan. Tapi kalau kita mau sejenak mencermati, bukankah 2012, berisi tentang sebuah fakta luar biasa yang kadang dilupakan oleh banyak orang sekarang ini, yaitu bahwa memang Bumi sudah semakin tua dan rentan. Wahai saudara, Bumi kita ini mempunyai umur. Bukankah, dari berbagai buku pelajaran IPA dari SD sampai SMA, kita telah diajarkan bagaimana kelahiran awal terbentuknya planet Bumi kita ini. Dan selayaknya sesuatu yang pernah lahir, maka dia pun pastinya akan berproses menjadi dewasa, tua dan kembali tiada. Itu adalah sebuah data, fakta otentik yang dapat dibuktikan oleh pelbagai bidang ilmu di semesta ini. Namun sayangnya, fakta ini, tidak lalu menjadi kesadaran bagi banyak orang. Kesombongan manusia membodohi dirinya sendiri. Berlomba untuk membangun gedung paling tinggi, menge-bor hasil bumi sampai kedalaman yang tak terhingga, mencuri, merampas, memperkosa hijaunya pepohonan menjadi gundul, botak tak seimbang.

Lalu lucunya, ketika sebuah film 2012 dan segala ramalan tentang kiamat muncul, membuat banyak orang gugup, kaget, takut, tidak siap. Kita manusia lupa, bahwa bukankah memang itu adalah hal ilmiah ter-logis yang pernah ada. Kehancuran Bumi untuk kembali dimurnikan, tidaklah perlu diramalkan. Kalau kita manusia mau sejenak bersahabat dengan alam, memanusiakan manusia, maka kita pasti tahu Bumi itu betul-betul hidup dan berputar. Selayaknya dari sesuatu yang tiada pasti kembali ke-ketiada-an. Lumrah. Ilmiah. Logis. Jadi janganlah lantas heran dan terkaget-kaget mendengar penuturan mama Loren atau Ki Gendeng Pamungkas tentang kiamat. Yang lalu harus kita cermat disini adalah, Manusia salah satu mahluk ciptaan Tuhan, yang konon paling tinggi kemampuan dan akal budinya, harus bisa membuktikan bahwa Tuhan memberi kita akal, pasti bukan untuk tidak digunakan. Mari kita gunakan akal kita untuk hidup selaras dengan bumi yang sudah semakin renta ini. Cari cara aman untuk bisa menyelamatkan generasi kita selanjutnya. Stop tebangi hutan. Berhenti bangun bangunan tinggi. Jangan gali minyak semena-mena. Mulai memanusiakan manusia.

Sebuah pernyataan menarik dari film 2012, "jika kita sudah tidak mengenal rasa kemanusiaan, maka disitulah sebenarnya peradaban manusia terhenti". Dialog dari Dr. Adrian itu kiranya patut menjadi renungan. Dikala kita manusia asyik berlomba untuk menyombongkan diri dengan menghalalkan berbagai cara, kita lupa pada hakikat manusia yaitu sebagai mahluk sosial, Homo Homini Socius. Disitulah sebenarnya letak eksistensi kita sebagai manusia, dengan memanusiakan manusia lainnya. Bukan menjadikan orang lain sebagai sapi perahan atau kelinci percobaan.

Kembali ke 2012, saya senang film ini dibuat. Dan saya kira semua orang harus tonton film ini. Supaya setidaknya, kita dapat sedikit meluangkan waktu untu berpikir bahwa, Bumi dan manusia hanyalah seumpama setitik debu di lautan yang antah berantah. Dengan demikian, besar harapannya, manusia bisa sadar bahwa entah di tahun kapanpun kiamat terjadi, kita tidak terlambat membuktikan untuk dapat menjadi manusia yang manusiawi bukan hewani. Tidak seperti sekarang ini.

Tuhan tidak murka. Kiamat mungkin tidak terjadi. Tapi kenyataan bahwa Bumi, Matahari, dan BimaSakti adalah sama tidak abadi-nya dengan kita manusia, tidak dapat dipungkiri.
Maka mari kita mulai mencurahkan hati dan pikiran untuk dapat menjadi manusia yang paling manusiawi di planet ini, karena itulah mengapa kita dilahirkan di semesta ini. Sebelum terlambat, ayo mulai sapa sesama, dekat dengan Nya, syukuri apa yang ada, dan perangi kejahatan dalam dirimu. Dan semoga selamat sampai tujuan.

Bon Voyage Little Creature!!

Malaikat

Senin, 23 November 2009



Bicara tentang malaikat, pagi ini aku bertemu.
Mereka memberiku gantungan kunci Donald bebek dan boneka hello kitty.
Dua malaikat mungil itu bernama, Yuen dan Laras.
Aku menjadi wali murid mereka, satu tahun lalu.
Pagi ini, mereka masih mengingatku,
Pagi ini mereka, masih memperhatikanku.
Terimakasih untuk memberitahuku betapa berharganya aku.
Terimakasih, Yuen dan Laras, utusan semesta yang manis.
Seribu cara Dia untuk menyapaku,
Betul kata Ibu, pertolonganNya tidak pernah terlambat.
Hari ini aku ditolong dari sesuatu yang bernama, putus asa.

Tersenyum aku melihat gantungan Donald di tasku dan hello kity dengan rok oranye.
Terimakasih.

Timoho Lala

Sabtu, 21 November 2009


Semalam aku ditemani dengan dinginnya malam mengendarai motor menuju pentas muridku dibaciro. Gelapnya malam, menyusuri jalan timoho kesukaanku. Jalan itu memang sudah sejak lama menjadi favoritku. Bagaimana tidak, ditengah kota Jogja, kita masih bisa mendapati deretan jalan dengan pohon-pohon besar dikanan kirinya. Kalau kita sejenak memandang keatas, sungguh indah, seperti gerbang selamat datang tapi dengan pohon besar sebagai aksesorisnya.
Jalan Timoho, tidak lama lagi akan kutinggalkan. Menyediakan ruang bagi kebenaran untuk bergerak berteriak. Pastinya,akan ada Timoho lain di kota berbeda.


Kalau ada sumur di ladang
Jangan lupa menumpang mandi
Kalau ada umur panjang
Boleh kita berjumpa lagi.
Mungkin di suatu pagi di tahun babi.

Lala,
(menyicil) Pamit.

LIVE

Kamis, 19 November 2009

WARNA WARNI NURANI

Rabu, 18 November 2009




Hari ini berakhir dengan malam yang diguyur hujan malu-malu dan satu kotak es krim 3 rasa. Ada anggur,jeruk,dan strawberry, semua dengan rasa permen mendominasi.
Sama seperti rasa yang berwarna-warni, hidup juga begitu. Manis, asam, asin, pahit, pedas, semua jadi satu, bergiliran mendatangiku silih berganti.
Konon, satu hal takdir atau nasib yang memang melekat pada manusia, semenjak dari bayi merah dilahirkan, adalah bahwa manusia tak kan pernah bisa lepas dari dua hal. Cina filsuf menyebutnya dengan Yin Yang. Jatuh-bangun. Gelap-terang. Siang-malam. Atas-bawah. Tawa-tangis. Bahagia-Sedih. Selalu tentang dua hal yang menjadi antonim bagi kata yang lain. Karena kita memang dikutuk untuk selalu bersinggungan dengan si Yang dan si Yin, maka kuncinya adalah terletak pada kesiapan dan keikhlasan untuk menerima itu semua. Untuk itulah sedari dulu, kita manusia diajarkan oleh berbagai sumber ilmu, roda kehidupan selalu bijak berputar.

Malam semakin larut, hewan malam pun mulai beringsut keluar dari peraduan. Ada nyanyian katak bersahutan masih diiringi hujan yang menetes malu-malu. Lala masih berceloteh tidak jelas dengan blognya. Satu-satunya rumah nyaman untukku berbicara, setelah facebook tidak lagi indah.
Jadi teringat hari ini dan beberapa hari lalu. Ada perang berkumandang didada. Membuncah amarah di hati. Diam, sepertinya bukan lagi pilihan tepat untukku bersikap. Ingin ku teriakkan semua gundah di hati, kenyataan yang sesungguhnya terjadi, untuk menyekap, membungkam semua mulut nakal yang akhir-akhir ini memekakkan telinga dan hati khususnya. Seleksi alam pun terjadi. Siapa lawan, siapa kawan, berjumpalitan telanjang dihadapanku. Terbengong-bengong ku menyaksikan tampilan demi tampilan mereka. Begitu rupanya. Begini rasanya.
Amarah didada, ternyata tidak lalu membuatku silap. Hari ini, untungnya, aku masih dapat tegak berdiri dengan para pasukan kurcaci dari negeri empati sebagai pengobat lara hati. Senyuman mengembang masih tersemat di wajahku. Jantung, masih tepat berdetak. Mata masih lengkap melihat. Hati, sedikit demi sedikit bertambah sehat. Lala, sendiri disini, bersama ruangan sunyi, bernama Nurani.

Terimakasih waktu yang bijak, hari ini aku masih sempurna.
Semoga besok bisa bangun pagi untuk kembali menata hati.

SUMPAH PEMUDA, SUMPAH SIAPA?

Selasa, 27 Oktober 2009


Selasa, 27 Oktober 2009 18:26 WIB
Medan (ANTARA News) - Sumpah pemuda yang diperingati setiap tahun oleh bangsa ini ternyata tidak memiliki dokumen dan bukti sejarah otentik, yang ada adalah keputusan rapat pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
"Berdasarkan data yang ada, tidak pernah ada satu baris pun ditulis kata Sumpah Pemuda dan para pemuda juga tidak sedang melakukan sumpah saat itu," kata Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr Phil Ichwan Azhari, di Medan, Selasa.
Ia mengatakan, berdasarkan catatan dan dokumen sejarah diketahui bahwa hari Sumpah Pemuda yang diperingati sebagai peristiwa nasional, merupakan suatu hasil rekontruksi dari para "Bapak Pembangun Bangsa" ini yang didasarkan pada ideologi-ideologi dari generasi yang berbeda.
"Dalam arti bahwa peristiwa 28 Oktober 1928, yang diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda adalah rekontruksi simbol yang sengaja dibentuk kemudian setelah sekian lama peristiwa tersebut berlalu, yaitu adanya pembelokan kata `Poetoesan Congres` menjadi kata `Sumpah Pemuda`, " katanya


Lala's said :

Apapun yang terjadi, sejarah tetaplah sesuatu yang tak mungkin terulangi lagi, apapun itu biarlah menjadi misteri atau tanya yang akan membuat kita terus menjadi dewasa dalam menganalisa.
Satu yang kutahu, sejarah sumpah pemuda yang dari tahun ke tahun selalu diajarkan oleh guru SD, SMP, SMA, dan dosenku, mempunyai semangatnya itu sendiri. Sebuah sensasi tersendiri didada, bahwa pemuda Indonesia telah mampu membuat sumpah untuk bersatu baik bahasanya, baik bangsanya, dan begitu pula dengan tanah airnya.
Hai, pemuda dan pemudi jaman blackberi sekarang ini,
sudah siapkah kita jadi agen perubahan?

Perubahan untuk diri kita sendiri di tengah jaman yang menggila ini, dan perubahan ke arah positif untuk Indonesia pertiwi kita ini.

GURU

Minggu, 25 Oktober 2009


Siang tadi ada sedikit pembicaraan dengan salah seorang rekan guru.
Biasalah, dua guru bertemu,ya apalagi kalau bukan membicarakan muridnya.
Membentangkan bendera "generasi anti kekerasan" memang membawa konsekuensi yang berat, sesungguhnya. Itu sangat erat sekali kaitannya dengan updating mentally guru, upgrading psikologi guru, dan kerelaan hati guru untuk mau terus membaharui pribadinya, bukan hanya kemampuan akademisnya, tetapi lebih dari itu mentalitas, kepribadian seorang guru juga menjadi point penting disini.
Kalau kita mau sejenak melihat, disana sini kekerasan didunia pendidikan, justru dilakukan oleh para kaum pengajar. Sungguh ironis sekali.
Guru jaman sekarang mempunyai tuntutan yang sangat tinggi, bukan hanya profesionalitasnya, tapi lebih dari itu adalah kebijaksanannya dalam melihat seseorang, dan dalam mengenal pribadinya sendiri.
Maklumlah, sekarang ini banyak pribadi yang sakit. Entah mungkin karena arus jaman yang berlarian kesana kemari atau memang ya karena dia harus sakit.
Pribadi yang sakit ini sering menghinggapi kaum guru. Mulai dari masalah semalam tidak mendapat 'jatah' dari istrinya, utang tetangga yang sudah dioyak-oyak harus dibayar, sampai dengan intrik politik tinggi diinstansi tempat dia bekerja.
Maka, justru inilah point yang sangat sulit dan hampir betul betul membutuhkan kemampuan spesial seorang guru untuk bisa berdiri dengan teguh, damai, bijak, tenang, dewasa dan menjadi manusia seutuhnya. Untuk siapa? Ya siapa lagi kalau bukan untuk murid kita tercinta, generasi masa datang, yang salah satu perkembangannya ditentukan oleh seberapa matangnya guru yang mendampinginya.

Jadi, siapa bilang jadi guru mudah? Apalagi guru TK dan SD.
Tapi tidak ada yang tidak mungkin.
Mari kita berjibaku dengan diri kita sendiri, untuk jadi manusia yang lebih baik kembali.

Relaxing Saturday

Sabtu, 24 Oktober 2009


Sabtu yang cihuy..karena hanya di hari sabtulah aku bisa merasakan apa arti libur. Libur di hari Minggu hanya sampai di jam 12 bagiku. Karena setelah melewati jam tersebut, sama artinya dengan bekerja kembali mengumpulkan energi untuk merencanakan seminggu kedepan.
Sabtu ini semakin cihuyy dan relaxing karena hujan lebat yang mengguyur Jogja. Maklumlah setelah selama beberapa hari selalu konstan dengan 38 drajat celsius, kali ini penghuni Jogja bisa sedikit leyeh-leyeh ditemani udara sejuk nan sepoysepoy.
Dan bagiku, ini lebih dari cukup. Hujan, selonjor, ditemani cemilan, cd terakhir Gossip Girl dan buku roman ala pujangga kawakkawak. That's what I called Holiday.
Since today was the last summer in Yogya, so good-bye tank-top, welcome long sleeves.
I Love raining, as always.

Jumat Riweuh

Jumat, 23 Oktober 2009


Hari ini hari Jumat. Biasanya hari yang santai dan menyenangkan karena Minggu sudah didepan mata. Jumat kali ini agak berbeda. Sekolahku mengikuti Lomba Gugus se DIY. Maka jadilah hari ini Jumat yang tegang dengan wajah guru yang kemringet karena harus bolak-balik mengurusi ini itu.
Jam 9.30 duapuluh orang juri datang kesekolahku. Waktu itu posisiku sedang ribet mengurusi player laptop yang harusnya bisa menyala dengan sempurna berisi tampilan video acara yang pernah diadakan disekolah. Namun apa daya, gadget menolak bekerjasama. Untuk bisa tampil dengan lancar ukuran video tidak bisa di maximize kan.Sedangkan ternyata colok-an kabel pun terbatas, padahal ada charge laptop yang harus di plug-kan. Ketika sedang berpeluh keringat dengan para garagdet, munculah seorang ibu juri melenggang menuju kelas yang harusnya kuajar.
Dengan gegap gempita, aku berlari (tak lupa permisi) mendahuluinya. Karena sangatlah tidak lucu, kelas kosong tak ada gurunya (apa kata dunia). Masuklah aku duluan kedalam kelas, langsung kuinstruksikan para murid untuk menyiapkan kertas, karena hari ini jadwal mereka ulangan English Sains. Setelah melihat keadaan cukup terkendali, aku menegok keluar, ternyata ibu juri mampir dulu dikelas sebelah.
Fuih, kumanfaatkan waktu untuk kembali berlari turun menuruni anak tangga, mengambil administrasiku untuk kubawa kedalam kelas.
Dan, tibalah beliaw dikelasku. Anak menyampaikan salam. Aku memberinya administrasiku. Well, sepertinya yang sudah-sudah, dengan kernyitan di dahi, dia mulai menulusuri halaman demi halaman administrasiku.
Well, baiklah, untuk diketahui, I Hate Administration dan pasti hampir selalu bisa dipastikan akan gagal dalam penilaian seperti itu. Tapi dengan kepercayaan diri, dan senyum mengembang, kutemani bu juri itu menyaksikan hasil karyaku.

Kami semua bisa bernafas lega (fuihhh, finally) sekitar jam 12 an. Berpesta juice dan nasi kardus. Komentar pun mulai bermunculan. Ada yang berharap untuk Kekalahan, namun tidak sedikit yang penasaran tentang berapa nilai dan keputusan yang akan diambil oleh juri.
Namun apapun itu, hari ini hari Jumat, dan 2 hari lagi hari Minggu.
Yatttaaaaa!!! :)

KAMIS HORE

Rabu, 21 Oktober 2009


Jam ke-empat.
Hari ini ketika istirahat datanglah Jerome dengan wajah dan baju penuh pasir. Langsung saja kuminta dia membersihkan badannya di kran air depan kelas. Dia mengadu bahwa kakak kelas 4 lah yang mendorongnya hingga ia jatuh tersungkur. Tapi menurut anak kelas 4, Jerome lah yang mulai duluan, karena dia asyik bermain dorongan pasir, dan menolak untuk berhenti, padahal anak kelas 4 sudah teriak teriak memarahi dia.

Selang beberapa menit kemudian, datanglah Hana yang mengadu tersenggol Elbert sehingga Hana jatuh di selokan depan kelas, dan kepalanya agak terantuk. Hana pun kubiarkan beristirahat di UKS. Pulang sekolah, Hana sudah segar kembali dan tidak ada tanda luka di kepalanya.

Istirahat pertama.
Timothy datang untuk meminta tolong. Jam sembilan saatnya dia minum obat karena dia sedang sakit batuk pilek panas. Kubuka tasnya, ada 2 botol obat cair didalam plastik. Kubuka plastik, dan kubantu tuang obatnya, segera Timmy meneguk obat tersebut.

Jam terakhir.
Bersih-bersih kelas, karena besok ada lomba antar sekolah. Anak-anak membersihkan laci mereka, melap jendela dan pintu, menghapus tulisan papan tulis, membuang sampah.
Setelah semua rapi, anak duduk dengan rapi. Aku mulai berbicara tentang beberapa hal. Salah satunya adalah tentang perlunya berhati-hati bermain di selasar depan kelas, agar tidak ada yang terluka. Tidak lupa aku juga mengajak mereka untuk mendoakan teman kami Devlin yang opname sakit muntaber dan Ani yang sakit gondok.


That's it for today.
Tiring, but interesting, as always.

NUR

Rabu, 07 Oktober 2009


Ini air mata untukmu
jutaan liter bertuliskan nur
di setiap bulir beningnya

Ini hati milikmu
bahkan di setiap rekahan
retakan
pecahan
hanya ada
nur
di sayatannya

Ini hidup
pernah kita bagi
lagu dan sendu
tercipta dari peluk
dan maki setiap hari
masih nur di nadinya

Ini aku
disini
tak kemana
cari nur
yang berarti cahaya
bukan terowongan gelap yang tak berujung

Ini tengah hari
kita bertemu
ternyata hanya kembali berperang
entah untuk apa dan siapa
kami hanya suka berperang.
berang dalam senja yang remang.

Ini desah dan resah
sudah sesah ku bawa untukmu
sudah susah ku pikul atasmu
sudahlah..

Nur
carilah kurestramu di ladang seberang
siapa tahu lebih terang untukmu berjalan
menapaki lucunya kehidupan.

Aku disini hanya selembar daun
yang berputar bersama waktu
dan
semesta.

Itu lebihlah dari cukup.

Membaca Mangunwijaya Mendidik



Impian dari Yogyakarta - kumpulan esai pendidikan (Y.B Mangunwijaya)

Mohon ijin pada alm. Rm. Mangun untuk sedikit me re-write tulisannya yang menarik perhatianku.
Berikut ini adalah beberapa kutipan dalam tulisan beliau.

1. "Murid harapan bukan dia yang 'mahatahu' untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disdorkan orang lain (seperti yang kita lihat dalam TV itu), tetapi yang semakin terampil untuk bertanya dan mempertanyakan sesuatu, yang justru tidak atau belum ditanyakan atau dipertanyakan guru-guru nya" (hal.205)

2. "Tuhan sendiri dan semesta raya sudah menanamkan dalam diri sang balita mungil dan sang manusia dewasa suatu sistem naluriah, bahwa anak kunci kemajuan dan perkembangannya dan pada kemampuannya untuk kagum, heran, dan bertanya curiga pada jawaban gampang-gampangan untuk menipunya, agar diam, bereskplorasi, mencari pengalaman di ladang-ladang luar kampung, memanjat pohon ingin tahu didalam sarang burung ada apanya, dan sebagainya. Dalam diri anak, kita tahu, rasa keadilan sangat kuat, karena keadilan adalah bagian dari kebenaran" (hal.207)

3. "JIka murid SD tidak digenangi pendidikan menjadi manusia cerdas yang berkarakter, kreatif dan kritis, tetapi dicetak sebagai semacam kader politik cilik. Itu akan menjadi senjata makan tuan. (Bagaimana?)Bila begitu Dalam Negeri kita akan kebak generasi baru goblok, bermental pengemis, calon lintah darat, dan algojo masyarakat, serba dungu tetapi sombongnya seperti merak jantan yang tidak bisa terbang, tidak bisa lari cepat. Bisanya cuma seks dan digoreng." (hal. 241)

6. ...."perguruan tinggi boleh brengsek, boleh ambrol, tetapi SD jangan! Profesor boleh aspal, tetapi guru SD harus berkualitas prima. Sebab dunia SD menyangkut mayoritas generasi yang nanti akan mengolah abad ke 21. Selain itu, jika SD payah, maka SLTP dan kemudian SLTA akan menyusul universitas runtuh juga. Tetapi seandainya pun alumni universitas bergelar sontoloyo, ini tak apa-apa. Asal saja tamatan SD kita cerdas, eksploratif, suka eksperimen, serba kreatif, utuh, serta sehat" (hal. 247)

7. " Hematlah dalam segala hal, kecuali dalam membangun sistem pendidikan anak-anak balita (dibawah lima tahun)secara total dan SD yang tepat dan hebat untuk mayoritas rakyat, khususnya yang jelata. Karena dari situlah revolusi kebudayaan dan sosial dinyalakan." (hal. 267)

8. " Kita belum memahami esensi manusia bila kita masih berkata: Manusia punya bahasa. Pada hakikatnya, manusia adalah bahasa. ............ Manusia tidak hanya berkomunikasi, tetapi di dalam dirinya sudah berkomunikasi...............
Maka tidak sulit dipahami, bahwa dalam setiap proses interaksi antar-manusia, seyogjanya penguasaan bahasa lah yang diutamakan. Dengan kata lain, seni berkomunikasilah yang primer. " (hal. 273)

9. " Banyak orang keliru menganalisis, seolah-olah kemajuan dunia Barat bertopang primer pada matematika, fisika, atau kimia. Namun bila kita mau lebih dalam lagi menyelam, maka kita akan melihat bahwa kemampuan luar biasa dunia Barat dalam hal ilmu-ilmu alam mengandaikan dahulu dan berpijak pada kultur berabad-abad pendidikan bahasa. " (hal. 274)

10. ".......dalam sistem pendidikan kita penguasaan bahasa secara sistematis dinomorbelakangkan, dan jurusan bahasa dianggap hanya pantas untuk murid-murid yang bodoh. Sedangkan yang paling cerdas dan pandai digiring ke bidang eksakta, yang memang tidak mengendaki manusia yang kritis, eksploratif, an kreatif dalam keseluruhan integral pembentukan manusia utuh dan tangguh, tetapi calon beo-beo siap pakai. " (hal. 277)

Gadang Berguncang

Senin, 05 Oktober 2009



Melihat Tanah Gadang berguncang hati pun berduka
menundukkan kepala pada alam yang sedang berkata;
Wahai manusia, ini bumi semakin tua
janganlah kau nodai dengan angkara murka
apalagi keangkuhan bercitakan menundukkan semesta.

Mari kita berhenti sejenak dari gemerincing dering telepon
matikan sejenak televisi dan blackberry
bernafaslah barang sedetik
hiruplah dalam semerbak harum aroma udara alam
coba dengarkan betapa bijak pepohonan
mengalun sendu bersama rembulan yang bertengger diatasnya
sentuhlah embun pagi mengintip malu pada dedaunan
aku disini untukmu, bisiknya pelan.

Tengadahlah keatas, matahari perkasa namun baik hati
tak ragu untuk slalu menyinari mahluk kecil di bumi ini
Nyanyikanlah pada dunia
lagu cinta bukan petaka
kidung merdu bukan tabu

Teriakkan pada semua
aku cinta semesta
sama seperti cinta pertiwi pada kehidupan
serupa dengan kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa..

Manusia manusia yang berakal budi
mari rendahkan hatimu sedikit..

ini bumi sudah semakin tua
tiba saat kita mencintaiNya.

Kembali pada Semesta


Sungguh luar biasa
cara alam bekerja
menyeimbangkan semua.
Tak satu pun mahluk di dunia
mampu lari dari hukumNya.
Hukum rimba raya
menyapa, memanggil, merengkuh dan memeluk
manusia
untuk selamanya..
dari tiada
kepada ada.

Aku, lala
menari bersama dengan semesta
kidungkan lagu rindu
nyanyikan senandung cinta
pada kehidupan
yang sungguh luar biasa.

Aku mencintaimu,,
sungguh..

coba belah dadaku kalau kau tak percaya.

jogja

Selasa, 24 Maret 2009

sepanjang senja itu
cinta memeluk nafas kami
karena dingin gerimis semalam
kami sepakati untuk tak menangis
bagi sebagian perjalanan yang terhapus
oleh ketergesaan sejarah

dengan kejujuran angin
yang mengelus hamparan hijau tebu
jalanan ke bantul menyisakan
lori-lori jelita
aroma lumpur dan sepeda tua
senyum tabah penjual dawet, pengayuh becak
cukup sederhana untuk membangun kembali
kenangan seorang penyair

dan puisi dapat hidup senantiasa
di mana saja, seperti air mengalir
menemukan bentuknya di kalo coklat code
atau di eskalator department store
yang mencuri kesahajaan malioboro
untuk akhirnya pulang kepada cinta
dan kami belajar jadi air
kalaupun tak sepenuhnya sama
kami tak lebih dari penari
bagian kecil sandiwara zaman

nanoq da kansas

Hujan Februari

Jumat, 20 Februari 2009

hari ini hujan
melantunkan genderang
bertalu berlagu
dalam kalbu

hari ini aku bertemu
dengan haru masa lalu
aku bersolek
mematut pada keriput

..rupanya waktu sungguh lucu
kutebak dan kujawab
kucari dan berpaling


tunggu..jangan berlari
ini bunga tanda cinta
namun usang dan tua
ini mimpi yang kau impikan
pada maaf pada tangis

namun hujan datang lagi
basah mengguyur hati

kereta telah pergi

(mungkin) tak kembali.