INDONESIA RAYA (masih ada?)

Sabtu, 07 Agustus 2010


Belasan wanita itu perlahan mulai menitikkan air mata mereka. Wajah mereka sumringah bercampur haru sambil terus mendangak ke atas. Senyum bahagia tersungging dibibir mereka. Pulasan make-up luntur tercampur dengan tangis deras dipipi. Mata mereka berkilat-kilat memancarkan rasa syukur yang tak terkira. Sambil masih mendongak ke depan, tangan dilipat disamping kening. Tangis semakin menjadi tatkala lagu itu mulai dikumandangkan. Semua khusyuk mulai melantunkan bait demi bait lagu kebanggaan mereka.
Begini syairnya :
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu Ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah, tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku, Rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.

Begitu lirik terakhir dinyanyikan, serentak gemuruh sorak-sorai menggema diruangan itu. Sang Saka Merah Putih telah berkibar dengan gagah. Semua orang yang hadir pun ikut berdiri dan bertepuktangan.

Itu adalah sekelumit peristiwa yang baru saja kusaksikan semalam di televisi. Wanita yang menangisi bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya adalah kelompok paduan suara Elfa Secioria. Mereka baru saja memenangkan Gold Medal untuk World Choir di CIna beberapa waktu lalu. Yang lalu menarik bagiku adalah betapa dalamnya cinta mereka terhadap Indonesia. Wajah lelah bercapur bahagia begitu syahdu saat lagu kebangsaan mengalun. Ketika bendera mulai dikerek naik, dengan hormat dan sikap tegak, mereka mengayunkan tangannya. Kelompok ini mungkin hanyalah segelintir pahlawan negara yang bersedia membela nama tanah airnya di depan negara lain. Mereka berlomba untuk mengangkat nama negara ini sampai ke puncak yang tertinggi. Dan itu mereka buktikan dengan menjadi kelompok paduan terbaik se-DUNIA- 2010, dari INDONESIA.

Pemandangan ini lalu menjadi asing bagiku. Maklum saja, mari kita lihat apa yang tersaji dinegara ini sekarang. Semua kekerasan dan penyimpangan terjadi. Mulai dari korupsi sampai mutilasi. Mulai dari tawuran pelajar sampai ribut antar suku. Semua marah. Semua meradang. Semua berteriak. Semua menyerang. Semua menangis. Rakyat meringis karena pejabat yang bengis. Orang membunuh dengan dalil butuh duit. Nyawa menjadi sangat murah harganya. Martabat menjadi tak lagi ada artinya. Konglomerat ongkang-ongkang kaki sambil menyetir sana sini.
Indonesia menjadi milik kepentingan para kelompok.
Indonesia pun bersusah hati.

Andai saja Gandhi terlahir di Indonesia. Andai Gandhi mencetuskan Satyagraha di jaman ini. Mungkin lalu negara ini bisa berdamai kembali dan kekerasan bisa kita balas dengan diam dan ketenangan.

Satu minggu lagi tanah airku ini akan berulangtahun. Semua pelosok sibuk berdandan. Gapura dilombakan. Karnaval warna-warni berbaris dipinggir jalan. Kampung dibersihkan. Berbagai lomba dilaksanakan. Merah Putih mulai berkibar disana sini.
Pertanyaannya adalah, lalu apa lagi setelah ini. Setelah perayaan dan upacara bendera, akan kita apakan negara ini selanjutnya.
Mungkin hanya kembali kita bungkus dengan kertas koran usang dan kita buang ketempat sampah.

Karena Indonesia hanya ada ketika 17 Agustus.


(maaf aku skeptis!)