Belasan wanita itu perlahan mulai menitikkan air mata mereka. Wajah mereka sumringah bercampur haru sambil terus mendangak ke atas. Senyum bahagia tersungging dibibir mereka. Pulasan make-up luntur tercampur dengan tangis deras dipipi. Mata mereka berkilat-kilat memancarkan rasa syukur yang tak terkira. Sambil masih mendongak ke depan, tangan dilipat disamping kening. Tangis semakin menjadi tatkala lagu itu mulai dikumandangkan. Semua khusyuk mulai melantunkan bait demi bait lagu kebanggaan mereka.
Begini syairnya :
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu Ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah, tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku, Rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
Begitu lirik terakhir dinyanyikan, serentak gemuruh sorak-sorai menggema diruangan itu. Sang Saka Merah Putih telah berkibar dengan gagah. Semua orang yang hadir pun ikut berdiri dan bertepuktangan.
Itu adalah sekelumit peristiwa yang baru saja kusaksikan semalam di televisi. Wanita yang menangisi bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya adalah kelompok paduan suara Elfa Secioria. Mereka baru saja memenangkan Gold Medal untuk World Choir di CIna beberapa waktu lalu. Yang lalu menarik bagiku adalah betapa dalamnya cinta mereka terhadap Indonesia. Wajah lelah bercapur bahagia begitu syahdu saat lagu kebangsaan mengalun. Ketika bendera mulai dikerek naik, dengan hormat dan sikap tegak, mereka mengayunkan tangannya. Kelompok ini mungkin hanyalah segelintir pahlawan negara yang bersedia membela nama tanah airnya di depan negara lain. Mereka berlomba untuk mengangkat nama negara ini sampai ke puncak yang tertinggi. Dan itu mereka buktikan dengan menjadi kelompok paduan terbaik se-DUNIA- 2010, dari INDONESIA.
Pemandangan ini lalu menjadi asing bagiku. Maklum saja, mari kita lihat apa yang tersaji dinegara ini sekarang. Semua kekerasan dan penyimpangan terjadi. Mulai dari korupsi sampai mutilasi. Mulai dari tawuran pelajar sampai ribut antar suku. Semua marah. Semua meradang. Semua berteriak. Semua menyerang. Semua menangis. Rakyat meringis karena pejabat yang bengis. Orang membunuh dengan dalil butuh duit. Nyawa menjadi sangat murah harganya. Martabat menjadi tak lagi ada artinya. Konglomerat ongkang-ongkang kaki sambil menyetir sana sini.
Indonesia menjadi milik kepentingan para kelompok.
Indonesia pun bersusah hati.
Andai saja Gandhi terlahir di Indonesia. Andai Gandhi mencetuskan Satyagraha di jaman ini. Mungkin lalu negara ini bisa berdamai kembali dan kekerasan bisa kita balas dengan diam dan ketenangan.
Satu minggu lagi tanah airku ini akan berulangtahun. Semua pelosok sibuk berdandan. Gapura dilombakan. Karnaval warna-warni berbaris dipinggir jalan. Kampung dibersihkan. Berbagai lomba dilaksanakan. Merah Putih mulai berkibar disana sini.
Pertanyaannya adalah, lalu apa lagi setelah ini. Setelah perayaan dan upacara bendera, akan kita apakan negara ini selanjutnya.
Mungkin hanya kembali kita bungkus dengan kertas koran usang dan kita buang ketempat sampah.
Karena Indonesia hanya ada ketika 17 Agustus.
(maaf aku skeptis!)
INDONESIA RAYA (masih ada?)
Diposting oleh Kemala Astika di 23.58 Label: cerita Sabtu, 07 Agustus 2010
Manusia sebagai mahluk simbol, sepertinya sudah amat dimengerti oleh semesta atau yang biasa kita sebut sebagai Bapa, Allah, Tuhan. Untuk manusia, semua harus serba visual, kasat mata dan verbal. Maka lalu diciptakannya lah, atau bahasa alkitab nya 'diutus', seseorang bernama Yesus Kristus, dengan status sebagai putraNya yang kudus. Yesus, yang walaupun seorang manusia 'ting-ting', namun jiwa dan segala misterinya konon merupakan kembaran atau malah roh si Allah itu sendiri.
Kembali ke penyadaran bahwa manusia adalah mahluk simbol, maka Allah pun turun gunung, dan menjelma menjadi Yesus yang juga manusia. Karena ketika Allah itu tidak berwujud, hanya berupa segumpalan energi yang melayang entah, akan sulit dipahami dan diimani oleh manusia. Dan mulailah Yesus berkarya. Semua kata dan sabda mampu membius ribuan orang yang lalu menjadi pengikutNya. Segala mukjizat dan keajaiban yang DIa buat, mencengangkan banyak umat yang lalu berbondong-bondong mengikuti Nya. Yesus menjadi idola kawula muda, tua, wanita dan anak pada jaman itu. Mungkin sama seperti kita sekarang yang begitu bisa mengidolakan artis atau tokoh terkenal. Selalu ada dorongan ingin tahu tentang apa yang terjadi dengan idola kita. Dan kadang lebih dari itu, kita pun men-dewa-kan idola kita, yang sebenarnya manusia juga. Ini berbeda dengan Yesus. Waktu itu, dia membawa slogan, label, sebagai Putra Allah. Hal itu sangat kontekstual sekali, cucok dengan kebutuhan manusia di jaman itu. Kebutuhan akan sosok Sang Juru Selamat. Dan Yesus hadir dengan sangat sempurna Nya.
25 Desember -yang lalu diyakini sebagai hari lahir Yesus-, kiranya perlu dihayati dengan penuh kesederhanaan. Karena Yesus sendiri sebagai simbol, idola, mencontohkan dengan lahir dikandang domba, penuh keprihatinan namun berpengharapan. Hal itu bukannya karena tidak ada pilihan. Sepertinya semesta mempunyai banyak pilihan tentang alur cerita kelahiran PutraNya. Namun dengan bijaksananya, Beliau memilih untuk melahirkan putraNya di kandang, lewat rahim Bunda Maria, wanita luar biasa yang memang dipilih Allah bukan dengan lotere atau undian.
Sekarang tanggal 27, Natal sudah lewat. Kisah heroik Yesus masih manis tersimpan di setiap lembar Kitab Suci.
Pagi tadi senyum dan doa terselip dihatiku, Terimakasih Yesus karena dengan luar biasanya Engkau telah mau memilih dan menjalani jalanMu itu yang penuh dengan luka dan sengasara. Terimakasih karena dengan begitu, menjadi pengharapan bagi orang-orang yang sedang mengalami sengsara untuk selalu menengok kembali pada perjalananMu. Untuk akhirnya tertunduk, dan berkata, aku siap memilih ini dengan segala salib yang ada, seperti Yesus yang rela wafat di kayu salib, asalkan Kehendak Mu lah yang terjadi padaku.
Selamat Natal semua.
Damai di hati. Damai di bumi.
Pasukan Kecil Negeri Empati
Diposting oleh Kemala Astika di 20.18 Label: cerita Kamis, 10 Desember 2009
Sebenarnya aku benci mengeluh. Aku tidak suka berkeluhkesah. Namun hari ini aku sedang manja.
Aku mengeluh dan berkeluh, memandang muridku, 22 pasukan malaikat kecil yang selalu mewarnai setiap langkahku. Mendengar mereka berceloteh dan tertawa terbahak, duniaku mendadak bersemburatkan pelangi laksana setetes air di gurun pasir nan gersang. Menemani mereka belajar dan bermain, menjadi saksi akan proses luar biasa yang bisa dilakukan Jerome, Valen, Ama, Timmy, Puput, Kiyan, Anggi.
Menjadi mellow karena tak dinyana, sebentar lagi waktu membolehkan aku untuk bersama mereka. Aku cinta menjadi guru yang dicinta muridku. Bantuan mereka yang kasat mata, telah memapahku terus menjadi manusia kuat seperti superhero khayalan mereka.
Ini hari, kupandang satu persatu mereka. Menyempatkan waktu duduk bersama, kembali bercerita ngalor-ngidul dengan mereka. Seperti Nikolas yang bercerita tentang kakaknya yang barusan saja tertabrak. Dengan mata melotot dan ucapan yang celat, dia dengan gegap gempita bertutur :
" kakakku itu ketablak lho miss kemalen. dia kan naik motol, telus lampunya ijo, jalan telus..eh ada motol levo absolut kenceng banget, nablak kakakku. levo absolutnya ke bengkel abis selatus libu. soalnya motol levo nya itu nyetil sambil mesemesan (SMS, jadinya nablak deh.motolnya kakakku itu honda biasa"
Cerita Niko itu mau tidak mau membuatku tersenyum dan terbahak. Lalu langsung saja setelah itu mulut-mulut lainnya berebutan untuk bercerita. Ada Nanta yang selalu cerita tentang MbahKung nya yang mau ganti mobil Feroza nya dengan Avanza hitam. Devlin yang mau pergi ke Cirebon dengan naik mobil Kijang Jantan. Hahahaha.
Fuih! Its always hard to say goodbye.
When the times come, dunno yet what will happen. One thing that i really know for sure, I love them muchly. Much. Much.
Muach!
Ada orang yang menghabiskan waktunya dengan membicarakan kejelekan orang lain.
Ada yang mengisi hidupnya dengan menolong sesama tanpa pamrih.
Ada juga yang sibuk dengan membohongi hati nurani, teman dan keluarga.
Ada yang mengisi waktu dengan berlari kesana-kemari mencari tempat bersembunyi.
Ada yang sibuk dengan kesombongannya, aku tidak akan pernah terkalahkan.
Ada yang selalu malu-malu, duduk di sudut hati sambil tertunduk.
Beberapa meluangkan waktu untuk bernyanyi,
ada juga yang menangis.
Banyak juga yang tertawa sambil bertepuk tangan.
Memang hidup ini lucu bin ajaib.
Dapat diisi, dihabiskan, dengan berbagai cara.
Semua cara sah, asal tidak menyenggol orang lain.
Kalau sudah terlanjur kena, jangan lupa bilang maaf.
Nah, ada juga yang susah sekali meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
Namun, banyak pula yang sering mengobral maaf dimana-mana sampai ndower bibirnya.
Hidup yang pendek ini, cuma sekali. Entah jadi apa selanjutnya.
Aku
senang dengan kehidupan.
Bersyukur setiap detiknya.
Menghabiskan waktu dengan belajar dari kesalahan,
walaupun sesusah apapun itu.
Memilih menulis daripada nggambleh.
Aku senang belajar. Supaya bisa naik kelas.
Karena hidup hanya mampir ngombe.
Hanya mampir.
Hanya sebentar.
Dari ada menjadi tiada.
Dari tiada menjadi ada.
Jadi manusia.
Di jaman Yunani kuno, Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanannya yang tinggi.
Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, “Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda?”
“Tunggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin anda melewati sebuah ujian kecil.
Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Kali.”
“Saringan tiga kali?” tanya pria tersebut. “Betul,” lanjut Socrates.
“Sebelum anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Kali.
Saringan yang pertama adalah KEBENARAN. Sudah pastikah anda bahwa apa yang anda akan katakan kepada saya adalah benar?” “Tidak,” kata pria tersebut,”sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada anda”. “Baiklah,” kata Socrates. ” Jadi anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.”
Sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu :KEBAIKAN Apakah yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?” “Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk”. “Jadi,” lanjut Socrates, “anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu benar.
Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya,yaitu: KEGUNAAN
Apakah apa yang anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?” “Tidak, sungguh tidak,” jawab pria tersebut. “Kalau begitu,” simpul Socrates,” jika apa yang anda ingin beritahukan kepada saya… tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya ?”
Sebuah panah yang telah melesat dari busurnya dan membunuh jiwa yang tak bersalah, dan kata- kata yang telah diucapkan yang menyakiti hati seseorang, keduanya tidak pernah bisa ditarik kembali.
Jadi sebelum berbicara, gunakanlah Saringan Tiga Kali.
http://klipingartikel.anastix.net/category/cerita-bijak
14.30 seat C 5,6,7,8 2010
Tadi jam setengah tiga, akhirnya aku nonton 2012. Senangnya hati bukan karena filmya, tapi kemenangan karena bisa menonton tanpa mengantri, berkat kartu ajaib Mtix milik adikku.
Setelah 3 jam memelototi layar bioskop, dengan suguhan visual effect canggih yang memanjakan mata, aku memutuskan untuk melarang pelarangan pemutaran film 2012.
Artinya, setelah melihat dengan mata kepala sendiri, aku kira tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari film tersebut. Malahan aku melihat banyak sisi positif yang dapat kita renungkan.
2012, tidak hanya melulu berisi tentang kehancuran, atau apa yang dinamakan kiamat. Ya, memang selama 3 jam, banyak tampilan bencana dahsyat dipertontonkan. Tapi kalau kita mau sejenak mencermati, bukankah 2012, berisi tentang sebuah fakta luar biasa yang kadang dilupakan oleh banyak orang sekarang ini, yaitu bahwa memang Bumi sudah semakin tua dan rentan. Wahai saudara, Bumi kita ini mempunyai umur. Bukankah, dari berbagai buku pelajaran IPA dari SD sampai SMA, kita telah diajarkan bagaimana kelahiran awal terbentuknya planet Bumi kita ini. Dan selayaknya sesuatu yang pernah lahir, maka dia pun pastinya akan berproses menjadi dewasa, tua dan kembali tiada. Itu adalah sebuah data, fakta otentik yang dapat dibuktikan oleh pelbagai bidang ilmu di semesta ini. Namun sayangnya, fakta ini, tidak lalu menjadi kesadaran bagi banyak orang. Kesombongan manusia membodohi dirinya sendiri. Berlomba untuk membangun gedung paling tinggi, menge-bor hasil bumi sampai kedalaman yang tak terhingga, mencuri, merampas, memperkosa hijaunya pepohonan menjadi gundul, botak tak seimbang.
Lalu lucunya, ketika sebuah film 2012 dan segala ramalan tentang kiamat muncul, membuat banyak orang gugup, kaget, takut, tidak siap. Kita manusia lupa, bahwa bukankah memang itu adalah hal ilmiah ter-logis yang pernah ada. Kehancuran Bumi untuk kembali dimurnikan, tidaklah perlu diramalkan. Kalau kita manusia mau sejenak bersahabat dengan alam, memanusiakan manusia, maka kita pasti tahu Bumi itu betul-betul hidup dan berputar. Selayaknya dari sesuatu yang tiada pasti kembali ke-ketiada-an. Lumrah. Ilmiah. Logis. Jadi janganlah lantas heran dan terkaget-kaget mendengar penuturan mama Loren atau Ki Gendeng Pamungkas tentang kiamat. Yang lalu harus kita cermat disini adalah, Manusia salah satu mahluk ciptaan Tuhan, yang konon paling tinggi kemampuan dan akal budinya, harus bisa membuktikan bahwa Tuhan memberi kita akal, pasti bukan untuk tidak digunakan. Mari kita gunakan akal kita untuk hidup selaras dengan bumi yang sudah semakin renta ini. Cari cara aman untuk bisa menyelamatkan generasi kita selanjutnya. Stop tebangi hutan. Berhenti bangun bangunan tinggi. Jangan gali minyak semena-mena. Mulai memanusiakan manusia.
Sebuah pernyataan menarik dari film 2012, "jika kita sudah tidak mengenal rasa kemanusiaan, maka disitulah sebenarnya peradaban manusia terhenti". Dialog dari Dr. Adrian itu kiranya patut menjadi renungan. Dikala kita manusia asyik berlomba untuk menyombongkan diri dengan menghalalkan berbagai cara, kita lupa pada hakikat manusia yaitu sebagai mahluk sosial, Homo Homini Socius. Disitulah sebenarnya letak eksistensi kita sebagai manusia, dengan memanusiakan manusia lainnya. Bukan menjadikan orang lain sebagai sapi perahan atau kelinci percobaan.
Kembali ke 2012, saya senang film ini dibuat. Dan saya kira semua orang harus tonton film ini. Supaya setidaknya, kita dapat sedikit meluangkan waktu untu berpikir bahwa, Bumi dan manusia hanyalah seumpama setitik debu di lautan yang antah berantah. Dengan demikian, besar harapannya, manusia bisa sadar bahwa entah di tahun kapanpun kiamat terjadi, kita tidak terlambat membuktikan untuk dapat menjadi manusia yang manusiawi bukan hewani. Tidak seperti sekarang ini.
Tuhan tidak murka. Kiamat mungkin tidak terjadi. Tapi kenyataan bahwa Bumi, Matahari, dan BimaSakti adalah sama tidak abadi-nya dengan kita manusia, tidak dapat dipungkiri.
Maka mari kita mulai mencurahkan hati dan pikiran untuk dapat menjadi manusia yang paling manusiawi di planet ini, karena itulah mengapa kita dilahirkan di semesta ini. Sebelum terlambat, ayo mulai sapa sesama, dekat dengan Nya, syukuri apa yang ada, dan perangi kejahatan dalam dirimu. Dan semoga selamat sampai tujuan.
Bon Voyage Little Creature!!
Bicara tentang malaikat, pagi ini aku bertemu.
Mereka memberiku gantungan kunci Donald bebek dan boneka hello kitty.
Dua malaikat mungil itu bernama, Yuen dan Laras.
Aku menjadi wali murid mereka, satu tahun lalu.
Pagi ini, mereka masih mengingatku,
Pagi ini mereka, masih memperhatikanku.
Terimakasih untuk memberitahuku betapa berharganya aku.
Terimakasih, Yuen dan Laras, utusan semesta yang manis.
Seribu cara Dia untuk menyapaku,
Betul kata Ibu, pertolonganNya tidak pernah terlambat.
Hari ini aku ditolong dari sesuatu yang bernama, putus asa.
Tersenyum aku melihat gantungan Donald di tasku dan hello kity dengan rok oranye.
Terimakasih.
Semalam aku ditemani dengan dinginnya malam mengendarai motor menuju pentas muridku dibaciro. Gelapnya malam, menyusuri jalan timoho kesukaanku. Jalan itu memang sudah sejak lama menjadi favoritku. Bagaimana tidak, ditengah kota Jogja, kita masih bisa mendapati deretan jalan dengan pohon-pohon besar dikanan kirinya. Kalau kita sejenak memandang keatas, sungguh indah, seperti gerbang selamat datang tapi dengan pohon besar sebagai aksesorisnya.
Jalan Timoho, tidak lama lagi akan kutinggalkan. Menyediakan ruang bagi kebenaran untuk bergerak berteriak. Pastinya,akan ada Timoho lain di kota berbeda.
Kalau ada sumur di ladang
Jangan lupa menumpang mandi
Kalau ada umur panjang
Boleh kita berjumpa lagi.
Mungkin di suatu pagi di tahun babi.
Lala,
(menyicil) Pamit.