WARNA WARNI NURANI

Rabu, 18 November 2009




Hari ini berakhir dengan malam yang diguyur hujan malu-malu dan satu kotak es krim 3 rasa. Ada anggur,jeruk,dan strawberry, semua dengan rasa permen mendominasi.
Sama seperti rasa yang berwarna-warni, hidup juga begitu. Manis, asam, asin, pahit, pedas, semua jadi satu, bergiliran mendatangiku silih berganti.
Konon, satu hal takdir atau nasib yang memang melekat pada manusia, semenjak dari bayi merah dilahirkan, adalah bahwa manusia tak kan pernah bisa lepas dari dua hal. Cina filsuf menyebutnya dengan Yin Yang. Jatuh-bangun. Gelap-terang. Siang-malam. Atas-bawah. Tawa-tangis. Bahagia-Sedih. Selalu tentang dua hal yang menjadi antonim bagi kata yang lain. Karena kita memang dikutuk untuk selalu bersinggungan dengan si Yang dan si Yin, maka kuncinya adalah terletak pada kesiapan dan keikhlasan untuk menerima itu semua. Untuk itulah sedari dulu, kita manusia diajarkan oleh berbagai sumber ilmu, roda kehidupan selalu bijak berputar.

Malam semakin larut, hewan malam pun mulai beringsut keluar dari peraduan. Ada nyanyian katak bersahutan masih diiringi hujan yang menetes malu-malu. Lala masih berceloteh tidak jelas dengan blognya. Satu-satunya rumah nyaman untukku berbicara, setelah facebook tidak lagi indah.
Jadi teringat hari ini dan beberapa hari lalu. Ada perang berkumandang didada. Membuncah amarah di hati. Diam, sepertinya bukan lagi pilihan tepat untukku bersikap. Ingin ku teriakkan semua gundah di hati, kenyataan yang sesungguhnya terjadi, untuk menyekap, membungkam semua mulut nakal yang akhir-akhir ini memekakkan telinga dan hati khususnya. Seleksi alam pun terjadi. Siapa lawan, siapa kawan, berjumpalitan telanjang dihadapanku. Terbengong-bengong ku menyaksikan tampilan demi tampilan mereka. Begitu rupanya. Begini rasanya.
Amarah didada, ternyata tidak lalu membuatku silap. Hari ini, untungnya, aku masih dapat tegak berdiri dengan para pasukan kurcaci dari negeri empati sebagai pengobat lara hati. Senyuman mengembang masih tersemat di wajahku. Jantung, masih tepat berdetak. Mata masih lengkap melihat. Hati, sedikit demi sedikit bertambah sehat. Lala, sendiri disini, bersama ruangan sunyi, bernama Nurani.

Terimakasih waktu yang bijak, hari ini aku masih sempurna.
Semoga besok bisa bangun pagi untuk kembali menata hati.

0 komentar: