Membaca Mangunwijaya Mendidik

Rabu, 07 Oktober 2009



Impian dari Yogyakarta - kumpulan esai pendidikan (Y.B Mangunwijaya)

Mohon ijin pada alm. Rm. Mangun untuk sedikit me re-write tulisannya yang menarik perhatianku.
Berikut ini adalah beberapa kutipan dalam tulisan beliau.

1. "Murid harapan bukan dia yang 'mahatahu' untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disdorkan orang lain (seperti yang kita lihat dalam TV itu), tetapi yang semakin terampil untuk bertanya dan mempertanyakan sesuatu, yang justru tidak atau belum ditanyakan atau dipertanyakan guru-guru nya" (hal.205)

2. "Tuhan sendiri dan semesta raya sudah menanamkan dalam diri sang balita mungil dan sang manusia dewasa suatu sistem naluriah, bahwa anak kunci kemajuan dan perkembangannya dan pada kemampuannya untuk kagum, heran, dan bertanya curiga pada jawaban gampang-gampangan untuk menipunya, agar diam, bereskplorasi, mencari pengalaman di ladang-ladang luar kampung, memanjat pohon ingin tahu didalam sarang burung ada apanya, dan sebagainya. Dalam diri anak, kita tahu, rasa keadilan sangat kuat, karena keadilan adalah bagian dari kebenaran" (hal.207)

3. "JIka murid SD tidak digenangi pendidikan menjadi manusia cerdas yang berkarakter, kreatif dan kritis, tetapi dicetak sebagai semacam kader politik cilik. Itu akan menjadi senjata makan tuan. (Bagaimana?)Bila begitu Dalam Negeri kita akan kebak generasi baru goblok, bermental pengemis, calon lintah darat, dan algojo masyarakat, serba dungu tetapi sombongnya seperti merak jantan yang tidak bisa terbang, tidak bisa lari cepat. Bisanya cuma seks dan digoreng." (hal. 241)

6. ...."perguruan tinggi boleh brengsek, boleh ambrol, tetapi SD jangan! Profesor boleh aspal, tetapi guru SD harus berkualitas prima. Sebab dunia SD menyangkut mayoritas generasi yang nanti akan mengolah abad ke 21. Selain itu, jika SD payah, maka SLTP dan kemudian SLTA akan menyusul universitas runtuh juga. Tetapi seandainya pun alumni universitas bergelar sontoloyo, ini tak apa-apa. Asal saja tamatan SD kita cerdas, eksploratif, suka eksperimen, serba kreatif, utuh, serta sehat" (hal. 247)

7. " Hematlah dalam segala hal, kecuali dalam membangun sistem pendidikan anak-anak balita (dibawah lima tahun)secara total dan SD yang tepat dan hebat untuk mayoritas rakyat, khususnya yang jelata. Karena dari situlah revolusi kebudayaan dan sosial dinyalakan." (hal. 267)

8. " Kita belum memahami esensi manusia bila kita masih berkata: Manusia punya bahasa. Pada hakikatnya, manusia adalah bahasa. ............ Manusia tidak hanya berkomunikasi, tetapi di dalam dirinya sudah berkomunikasi...............
Maka tidak sulit dipahami, bahwa dalam setiap proses interaksi antar-manusia, seyogjanya penguasaan bahasa lah yang diutamakan. Dengan kata lain, seni berkomunikasilah yang primer. " (hal. 273)

9. " Banyak orang keliru menganalisis, seolah-olah kemajuan dunia Barat bertopang primer pada matematika, fisika, atau kimia. Namun bila kita mau lebih dalam lagi menyelam, maka kita akan melihat bahwa kemampuan luar biasa dunia Barat dalam hal ilmu-ilmu alam mengandaikan dahulu dan berpijak pada kultur berabad-abad pendidikan bahasa. " (hal. 274)

10. ".......dalam sistem pendidikan kita penguasaan bahasa secara sistematis dinomorbelakangkan, dan jurusan bahasa dianggap hanya pantas untuk murid-murid yang bodoh. Sedangkan yang paling cerdas dan pandai digiring ke bidang eksakta, yang memang tidak mengendaki manusia yang kritis, eksploratif, an kreatif dalam keseluruhan integral pembentukan manusia utuh dan tangguh, tetapi calon beo-beo siap pakai. " (hal. 277)

0 komentar: